Menu

Search Engine

Kamis, 25 Agustus 2011

HoneyBeat ♫♫~♫

Honeybeat ~ a beat which as sweet as honey
 

   Sebuah band beraliran jazz-rock yang berbau jepang. Band Jepang? Wait, sebelum kalian berasumsi macam-macam. Lebih baik klik dulu dan baca artikel ini. Karena Honeybeat isn't like any other Japanese-influenced band. Penasaran? I bet you do.

    Mereka membuat musik Jepang menjadi lebih dikenal. Tapi nggak buat Jfans, sebutan untuk penggila segala yang berbau Jepang, karena buat mereka dua nama yang disebut duluan nggak terlalu “wah”. 


    Seperti pepatah mengatakan “There are so many stars in the sky, let alone how many in the earth”, ciaelaaahh. Tapi balik lagi, musik adalah urusan selera, jadi terserah aja.

    Yupz ~Izinkan saya untuk memperkenalkan Honeybeat, sebuah indie band beraliran ‘Japanese jazz-rock’. Ok, pasti ada yang bertanya: “Apa bedanya dengan jazz-rock biasa?”. Well, silahkan dengar aja lagu mereka supaya ketahuan dimana letak perbedaannya. 


      Sedikit bercerita tentang Honeybeat, mereka adalah salah satu dari beberapa band hebat yang menjadi langganan pada event jepang. Tapi bukan berarti ‘playground’ mereka hanya disitu aja. LA Light Indiefest menjadi bukti bahwa talenta mereka cukup mumpuni setelah divonis menjadi salah satu finalis region Jakarta. Dengerin yuk tanya-tanya saya untuk solfacorners di bawah semburan AC yang sangat dingin.


Kiri ke kanan: Amos, O-chan, Tiiqa, Nita, Gema, Andos

# Oke, Honeybeat! Siapa aja nih, personelnya?

    “Langsung, nih? Oke, ada Gema di Bass, O-chan di keyboard, Nita dan Tiiqa, dua-duanya di vocal dan melodyhorn, Andos di drum dan Amos di gitar.

# Bisa diceritakan gimana sejarah terciptanya band ini?

    “Honeybeat terbentuk kira-kira 3 tahun yang lalu, dan ini bukan formasi awal. Kita sering ganti personel namun formasi sekarang adalah yang cukup solid. Gema dan O-chan adalah sisa personel awal, kemudian Nita dan Tiiqa mulai masuk menggantikan vocalis yang mengundurkan diri. Andos pun begitu, masuk ngegantiin drummer terdahulu. Dan Amos, yang baru join beberapa bulan yang lalu menggantikan gitaris awal kami”.

# Terus, Kenapa pilih nama Honeybeat?

    “Honey itu manis makanya kenapa logonya ada lebah, dan lagu kita kebanyakan fast beat. Jadi misi kita pengen bikin lagu yang nge-beat, tapi tetep kedengeran sweet. Beat yang manis-lah gampangnya.”

# Kan, jam terbang dan prestasi kalian udah tinggi, nih, lantas kenapa masih comfort di jalur indie?
 
     “Jujur aja, Honeybeat adalah band komunitas. Makanya kami sering tampil di acara yang diadakan komunitas Jepang di Indonesia. Bukan mau jadi pesimis, tapi kami masih ngerasa idealisme kami belum bisa diterima oleh masyarakat luas yang masih suka lagu yang itu-itu terus. Nah, dengan jalur indie ini justru kami bisa bebas berekspresi. Nggak ada perasaan takut, cuma enjoy”.
 
# But, hey, mereka juga butuh penyegaran, toh? Masa lagunya itu-itu terus? Dan jika Honeybeat mendapat tawaran dari label major, pindah atau stay?
 
     “Tergantung, selama kami masih dikasih kebebasan berekspresi, mungkin kami akan pikirkan. Tapi untuk sekarang, kami masih betah di jalur indie. Buktinya tahun depan album kedua kami akan keluar. Judulnya ‘Wake Up Call’, siap-siap aja ya? Hahaha”.

# Oh, ya? Wah, keren tuh! Tapi judul albumnya unik, emang siapa yang lagi tidur?
 
      “Eits, wake up call yang ini bukan buat ngebangunin orang yang tidur. Tapi cuma sebagai reminder, kita pengen ngingetin ke masyarakat di luar komunitas Jepang. Selama ini, kan, lagu Jepang itu identik dengan L’arc en ciel dan band Jepang lokal itu identik dengan J-rocks. Nah, kami ingin membuyarkan pandangan itu, mengubah mindset mereka. Biar mereka aware aja. Maksudnya, kami ingin memberi tahu kepada masyarakat kalau: ‘masih banyak, lho, band Jepang lokal selain J-rocks’. Gitu maksudnya. Nanti akan  ada sebelas lagu di album itu”.

# OIC... Kirain nantangin, hehe. Nah, ngomong-ngomong soal lagu Jepang, Honeybeat itu punya influence dari mana?
 
    “Hmm.. agak banyak kalau di sebutin satu-satu ya. Jujur aja banyak banget influence kami. Salah satunya Tokyo Jihen. Kami sering meng-cover lagu mereka. Kami mengacu ke mereka tapi mudah-mudahan kami nggak terlalu terdengar seperti Tokyo Jihen. Karena kami berusaha mix and match pengaruh Tokyo Jihen dengan karakter Honeybeat sendiri”.

# Nice! Terus, apa tiap personel punya kegiatan lain di luar band?
 
   “Haha… ada, selain Amos yang full-time musician, kami punya kegiatan lain yang nggak berhubungan sama musik. Tiiqa, Nita dan Gema, contohnya, mereka itu guru. Tiiqa itu guru Bahasa, Inggris. Nita juga guru Bahasa Inggris. Gema guru privat Fisika. Andos freelancer di bidang IT. O-Chan masih kuliah. Amos juga sering jadi additional player untuk diva Ruth Sahanaya”.

# Ada yang jadi guru? Wow, that’s interesting! Seandainya jadwal band bentrok dengan jadwal pekerjaan? Lalu, mana yang diutamakan? Pekerjaan atau band?
 
    “Kami sepakat berkomitmen ‘Jangan sampe pekerjaan mengganggu band’. Karena kami ingin hidup sepenuhnya dari dan untuk musik. Tapi biar nggak terkesan ekstrim, kami punya peraturan gini: ‘weekdays we’re doing what we do for living, weekends we’re doing what we’re living for’. Dan kebetulan pekerjaan para guru itu tidak terlalu mengikat juga, hahaha… Jadi kalau ada jadwal manggung atau latihan yang jatuh di weekdays bisa di sesuaikan”.

# Peraturan yang keren! Pernah nggak, sih, bosen maenin lagu Jepang?

    “Ah, nanyanya becanda mulu, nih! Hahaha.. Yaa, seperti yang kami bilang tadi, lagu Jepang itu banyak. Dan kami juga nggak selalu maenin lagu Tokyo Jihen melulu. Kadang kami juga maenin lagu Shina Ringo, Frank Sinatra atau ngulik lagu sendiri biar aransemennya makin paten.

     Dan selama nggak lepas dari benang merah kami yaitu jazz. Kami bisa aja mainin lagu itu. Satu lagi, kita udah berumur 3 tahun dan makin semangat. Lagu dan pengalaman kita juga udah lumayan, jadi rasa bosan bisa dibilang dikitlah, bahkan hampir nggak ada.”.

# Kan, kalian udah sering manggung, tuh, manggung yang paling berkesan dimana?
 
“Hmm… dimana yah? Mungkin di LA Lights Indiefest kali, yah! Soalnya itu acara umum dan penonton kami itu kebanyakan di luar komunitas Jepang. jadi agak gimana gitu. Tapi alhamdulillah, biarpun kami nggak menang, kami bisa membuka mata mereka dengan menjadi salah satu dari finalis region Jakarta.

# Eh, hasil manggung itu biasanya lari kemana, sih?
 
    “untuk bikin album. Segala macemnya, mulai dari mastering sampe cover. Merchandise yang berupa pin, kaos dan stiker juga dananya dari hasil manggung.”

# Lagu andalan Honeybeat yang sering dikulik apa? 

    “Hampir semuanya pernah kita kulik ulang, tapi yang paling favorit kita kulik itu adalah Twinkling Melancholy yang juga jadi lagu andalan kita.

# Untuk lirik, siapa yang sering bikin lirik?
 
     “Biasanya Tiiqa yang sering bikin lirik. Trus kami bareng-bareng cocokin aransemennya. Nah, tapi, biasanya aransemen dan lirik nggak datang sejalan. Kita punya stok untuk keduanya.

        Jadi, cocok-cocokan antara aransemen yang udah dibuat dengan liriknya. Biasanya aransemen dulu baru kami masukkin lirik. O-chan sering bikin aransemen. Dan proses bikin lagu itu makan waktu biasanya sebulan”.  

# Untuk pendistribusian album, itu sistemnya gimana?

 
 
“Kami bagi-bagiin aja”.

# Eh? Free maksudnya?
 
    “Iya. Setiap ada Event kita. Setiap kali kita manggung, kami selalu bagi-bagi CD album dan merchandise untuk beez. Dan kalo lagi nggak manggung, kami tetep dateng ke event itu dan bagi-bagi CD. Hahaha… Biasanya kami bagi-bagi 10 sampai 30 CD per event. Strategi kita emang pengen memperbanyak beez aja dulu. Baru nanti kita beranjak promosi di radio”.

# Beez? Apaan tuh?
 
    “Beez, sebutan untuk fansnya Honeybeat. Kan madu itu makanannya para lebah. Tiap kali kita manggung, mereka mengerubung, udah kayak lebah. Apalagi pas bagi-bagi merchandise! Hehehe…”.

Wah! Mau dooong!
     “Boleh, nih, hahaha.. Dan buat yang lain, kalo mau nyicip seperti apa itu lagu Honeybeat, coba dengerin di solfacorners. Terus kalo mau albumnya, kunjung facebook kami atau myspace kami. di situ kita sering update event yang bakal kita isi atau update single yang bakal kita maenin. oiya, jangan lupa youtube kami buat lihat-lihat performance kami kalo manggung! Oke, makasih ya!”.

# Eh, mau kemana? Tunggu dulu! Pertanyaan terakhir, nih! Ada pesen nggak buat band Jepang lain yang baru mulai atau pengen mulai bermain di jalur indie?"

    “Dingin, nih! Hahaha… Pesen ya? Gini, besarin dulu nama di komunitas Jepang. Jangan ragu sama diri sendiri. Karena komunitas Jepang nggak mati, justru makin tumbuh besar. Jadi jangan ragu sama market dan fans. Karena kedua hal itu otomatis pasti ada. Ok? Gitu aja ya? Dingin banget nih! Hehehehe…”.


# Listen Hits Song HoneyBeat
~  Twinkling Melancholy


Related Post

0 komentar:

Posting Komentar